young corner



THE YOUNGPRENEUR

                             YANG MUDA YANG BERKARYA
          Hai guys, sekarang ini lagi banyak banget tokoh anak muda yang menginspirasi kita dan memberi hal positif . Banyak tokoh pemuda pemudi yang terus berkarya.Salah satu keberhasilannya yaitu dibidang entrepreneur, atau berwirausaha. Ide ide kreatif banyak mereka kembangkan dan menjadi salah satu lahan untuk berbisnis.
Ini nih para pengusaha muda yang sukses dalam karyanya......
Agtya Priyadi
-Pemuda yang sukses menancapkan namanya di kancah Entrepreneurship -
Sebenernya menjadi sukses di usia muda bukan menjadi halangan lagi,Apakah sukses dinilai dari seberapa lama orang menuntut ilmu? seberapa banyak ilmu yg dimiliki? atau sepanjang apakah title nya? sepanjang rel sepur gitu????xxxxxxxxxxxx Hahaha, salah guysss.
Sebenernya kesuksesan seseorang bukan dinilai dari seberapa lama dia menuntut ilmu,seberapa banyak ilmu yang didapat ataupun seberapa panjang title yang dimiliki.Akan tetapi yang utama yaitu seberapa berani orang "mengambil risiko"
Memang sebenarnya banyak orang sukses mengenyam pendidikan sampai tinggi, tapi gak harus juga. Hal ini mampu dibuktikan oleh Agtya Priyadi, seorang pengusaha muda yang berhasil sukses setelah lulus SMA. 
‘Dapat dibayangkan saat pemuda lain melanjutkan pendidikannya ke jenjang kuliah, ia malah sudah harus bekerja untuk menyambung hidupnya karena di umur yang masih sangat muda tersebut orang tuanya sudah pergi ke pangkuan Illahi.

Ia hanya lulusan SMA saat memulai usahanya, yang bahkan tidak dimulai dengan modal yang berlimpah. Dengan uang hasil kerja kerasnya dan bermodalkan pengalaman kerja di distro bernama “Gazelle”, ia pun hanya mampu untuk membuat stiker dengan gambar gurita lucu berwarna ungu untuk nama brand miliknya sendiri. 

Sebuah gimmick, atau teknik pemasaran, yang unik memang menjadi salah satu modal utama untuk membuat brand yang dimiliki dapat menarik perhatian banyak orang. Anda tidak dapat hanya diam saja atau mengandalkan promosi dari mulut ke mulut untuk memasarkan usaha dengan cepat.

Agit pun terus mengembangkan usahanya sendiri sambil tetap bekerja di distro tersebut. Dengan keterampilan mendesain, ia pun terus membuat konsep gimmick yang unik dan gambar yang menarik. Hingga akhirnya ia mampu sedikit demi sedikit menjual kaos karyanya tersebut, selusin diteruskan dengan lusinan lainnya, dan hasilnya adalah laku!

Sejak saat itu ia semakin giat untuk mengembangkan brand YeahRight! miliknya tanpa meninggalkan tanggung jawab sebagai Store Manager di distro tersebut. Salah satu contoh yang patut ditiru oleh pemuda, khususnya remaja, dalam berjuang demi hidup dan bisnis yang dirintis.

Di tengah kesibukannya bekerja di distro dan mengurusi brand miliknya, ia pun tidak lantas berpuas diri, Agit melanjutkan kreatifitasnya dengan membuat brand yang baru dengan konsep yang berbeda. “Woles” pun akhirnya lahir satu tahun setelah YeahRight! berhasil mengambil hati para pecinta kaos di Indonesia ini. Dengan desain yang sederhana, lambat laun Woles pun meneruskan keberhasilan bisnisnya yang telah berjalan sebelumnya.

Agit juga menjelaskan bahwa berjualan tidak harus selalu memiliki toko sendiri, oleh karena itu kedua brand yang dimilikinya pun dititipkan di distro di beberapa kota, selain ia masih tetap menjualnya dan menerima pesanan via online.

Kini pemuda bersahaja ini sudah mulai fokus pada bisnisnya, karena sejak Januari ia sudah tidak bekerja lagi di distro tersebut dan mengontrak sebuah rumah di kawasan Fatmawati bersama dengan kakaknya, Ayi Mahardika. Ia pun kini sudah mempekerjakan beberapa orang untuk membantu mengembangkan bisnisnya yang dijalankan.
Itu berarti kini pemuda tersebut telah berhasil menjadi Entrepreneur dengan menjalankan bisnis serta mampu membuka lapangan kerja bagi orang lain, walau perjalanannya ke depan masih sangat panjang.


Muthia Zahra Feriani

Dengan brand Parama Ideas Event Organizer, ia membangun bisnis di bidang industri kreatif yang menawarkan jasa event organizer. Meski baru seumur jagung, PT Paruh Anggang Media, perusahaannya sudah mampu memenangkan tender di salah satu perusahaan migas besar di Indonesia.

“Uniknya, manajemen perusahaan itu sempat meragukan perusahaanku karena dipimpin anak muda 20-an tahun. Tapi mereka mengakui, ide kami segar,” cetusnya.
Kini, dia merasa semakin menikmati hidup. Meski menyadari perjalanan hidupnya masih panjang, Muthia yakin sudah menemukan apa yang selama ini dicari oleh batinnya: membangun bisnis di dunia kreatif dengan pondasi ilmu hukum. 




ANDRI RIZKI PUTRA

Andri Rizki Putra, 23, mengidamkan sistem pendidikan yang jujur. Bukan hanya berharap, dia memilih untuk mendirikan lembaga pendidikan sendiri yang mengutamakan kejujuran murid-muridnya

Bunyi lonceng di salah satu sudut sekolah menandai berakhirnya ujian nasional (unas) pada pertengahan 2006 lalu. Andri Rizki Putra yang saat itu masih SMP bergegas keluar kelas. Terik siang yang menyelimuti Jakarta kala itu menemani langkah kakinya yang cepat menyusuri teras-teras panjang kelas.
Dia buru-buru ingin bertemu kepala sekolah. Belum sampai mengetuk pintu ruang kepala sekolah, dia bertemu salah seorang guru.
”Kenapa ingin ke kantor kepala sekolah?” tanya sang guru. Tanpa takut, remaja dengan seragam putih biru itu bilang bahwa dirinya ingin mengadukan buruknya sistem ujian nasional. Bagaimana bisa, tanya Rizki, guru-guru tutup mata bahwa murid-murid peserta ujian menyontek dengan bebas? Bahkan, guru mengirim kunci jawaban lewat pesan pendek.
”Buat apa pintar kalau didapat dari ketidakjujuran?” tegasnya. Bagi Rizki, apa yang dia alami adalah suatu yang tidak masuk akal. Apalagi, saat sang guru justru balik bertanya kenapa. ”Kenapa Rizki tak bilang ke saya (untuk dapat sontekan)? Nanti pasti kamu dapat nilai yang lebih bagus,” kata guru itu, lantas mencegah Rizki bertemu kepala sekolah.

Padahal, tanpa menyontek, Rizki bisa lulus dengan nilai bagus. Rata-rata nilai yang dia dapatkan dalam tiga mata pelajaran, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan Matematika, adalah 8,75. Ironi tak mandek di situ. Teman-teman sekolah Rizki yang notabene siswa salah satu SMP unggulan di Jakarta Selatan justru mengucilkannya.
Tentangan sosial membuat hari-hari kelulusan semakin berat. Sempat dia berpikir hendak melapor ke Indonesia Corruption Watch (ICW) dan mengekspose ke media, namun ditahan orang-orang dekatnya. Rizki drop dan depresi. Dia menghabiskan masamasa menjelang SMA dengan mengurung diri di kamar dan enggan keluar rumah.

Saat masuk SMA pada 2006 juga, Rizki merasakan kekosongan hati yang luar biasa. Meski diterima di SMA unggulan, mendapat beasiswa prestasi, dan mencetak nilai tertinggi, dia sudah tak bersemangat sekolah. Akhirnya Rizki hanya satu bulan di SMA dan memilih putus sekolah.
Kepercayaannya terhadap sekolah formal luntur. Namun, jangan dikira Rizki akan menyerah untuk mendapat pendidikan. Dia meyakinkan sang ibu, Arlina Sariani, 50, bahwa dirinya mencari pola belajar dengan caranya sendiri. 

Bukan homeschooling yang harus membayar mahal biaya pendidikannya. Bukan juga bimbingan belajar yang masuk pendidikan nonformal. Unschooling merupakan jalur pendidikan tanpa lembaga, bahkan tanpa pengawasan orang tua. Dia belajar sendiri di rumah.
Sumber pendidikannya dia raih dari membaca dan mempelajari buku-buku bekas dari saudara-saudaranya. Sebetulnya unschooling yang dijalani Rizki merupakan program pemerintah untuk pendidikan informal berupa pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM). Sistem itulah yang melahirkan ijazah paket.
Sayang, ijazah paket sudah kadung bercitra negatif. Hanya karena lulusan ijazah paket, mayoritas anak-anak putus sekolah dan tak mampu secara akademik. Akses ke perguruan tinggi juga susah karena beberapa kampus tidak menerima pelamar dengan ijazah tersebut.

Selain research melalui internet, Rizki pergi ke dinas pendidikan untuk meyakinkan tetap bisa mengikuti ujian kesetaraan dengan pola pendidikan seperti itu. Bahkan, dia tertantang mengambil ujian paket C setara SMA dengan sistem akselerasi. Ternyata, diknas mengizinkan Rizki dengan beberapa syarat.
Salah satunya, mengikuti placement test yang berisi ujian akademik dan tes IQ. Rupanya Rizki berhasil melampaui syarat ujian paket kesetaraan di bawah 17 tahun. Untuk lolos tes paket, dalam sehari dia menghabiskan 22 jam untuk belajar.
Dia melumat pelajaran yang normalnya diambil tiga tahun menjadi setahun saja. Pelajaran yang dirasa sulit dia cari jawabannya lewat internet. Dia juga rajin membaca surat kabar.

Pada 2007 Rizki tembus SNM PTN dan diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Indonesia (UI). Bahkan, dekan fakultasnya heran karena ada mahasiswa dengan ijazah paket. Toh, pada 2011, pada usia 20 tahun, dia justru menjadi lulusan terbaik dengan predikat cum laude.
Pengalaman panjangnya dalam bersekolah itu memicu Rizki untuk membuat sekolah gratis. Tak sekadar gratis, dia membantu murid-muridnya mendapatkan ijazah paket A, B, dan C. Yayasan pertama yang dia dirikan adalah masjidschooling.

Dia menamai masjidschooling karena proses pembelajarannya bertempat di teras Masjid Baiturrahman di bilangan Bintaro. Rizki pun menjadi guru bagi puluhan muridnya yang putus sekolah. Selain itu, dia dibantu mengajar oleh ibu-ibu rumah tangga dan para mahasiswa STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara).

Hingga kini masjidschooling berjalan empat tahun. Selain samping itu, Rizki yang saat ini menjadi konsultan di firma hukum Baker and MzKenzie juga menjadi founder Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB) pada 2012. Berbeda dengan masjidschooling yang cenderung segmented untuk warga muslim karena dikelola ibu-ibu pengajian, YPAB lebih plural.

Konsep pendidikan di YPAB juga fleksibel. Sebab, tutor di YPAB merupakan anak-anak muda berusia 20”30 tahun dengan berbagai latar belakang pendidikan dan profesional. Mereka menjadi relawan setia yang mengajar tanpa bayaran. Terkadang Rizki juga menjalin kerja sama dengan relasinya di luar negeri seperti Meksiko dan Malaysia untuk mengajar di YPAB.
Tidak pelak, murid-murid putus sekolah yang selama ini dipandang sebelah mata oleh masyarakat akhirnya mau tidak mau belajar ngomong Inggris. Yang membanggakan, sudah banyak murid ”schooling” Rizki yang ”naik kelas”. Dari tukang jual koran menjadi pegawai admin di media.

Dari pembantu rumah tangga (PRT) menjadi admin di perkantoran. Bahkan, Prihatin, salah seorang murid yang sehari-hari berjualan pisang goreng di Tanah Abang, menjadi peraih nilai ujian nasional paket B tertinggi nasional. Kini Prihatin melanjutkan paket C. Dua murid lainnya yang bekerja sebagai PRT, ungkap Rizki, akan melanjutkan kuliah.

Kendati demikian, mengembangkan YPAB hingga memiliki ratusan murid dari hanya dua murid bukan hal mudah. Banyak pula tekanan dari masyarakat. Misalnya, warga pernah memprotes Rizki karena mengira yayasannya adalah tempat berbuat mesum.
Sebab, awal-awal berdiri, proses pembelajaran YPAB di dalam kamar dan garasi. ”Pernah juga dikira tengah melakukan kristenisasi dengan antek-antek asing,” papar Rizki yang ingin melanjutkan kuliah school of education di Amerika Serikat.
Namun, semua itu dilalui dengan baik. YPAB kini memiliki beberapa cabang. Selain di Tanah Abang, juga di Bintaro, kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal, dan Medan. Rencananya Rizki juga mendirikan YPAB di luar Jawa. Dari sisi kurikulum, selain menggenjot kemampuan bahasa, dia akan menambahkan praktik entrepreneurship.



HAMZAH IZZULHAQ
Hamzah sudah belajar berbisnis mulai usia dini pada waktu kelas 5 SD dengan menjual beberapa macam permainan seperti kelereng, petasan,dan berbagai macam permainan yang disukai anak-anak.


Mulai beranjak dewasa padawaktu masuk jenjang SMA Hamzah mulai
 
berbisnis dalam bidang pulsa dan buku – buku dengan melobi pamannya yang mempunyai Toko buku yang besar Hamzah mulai menjadi Distributor.
Buku dengan diskon 30 % dari pamannya. Buku tersebut dijualkan kepada adik kelas dan kakak kelasnya dengan diskon 10% sehingga dia meraup
 keuntungan 20% setiap bukunya.


Dari itu semua hamzah mengantongi Rp 950 ribu.

Uang jerih payah dari hasil penjualan pulsa dan keuntungan buku kemudian ditabungnya. Sebagian dipakai untuk membuka konter pulsa dimana bagian
  operasional diserahkan kepada teman SMP-nya sementara Hamzah hanya menaruh modal saja. Sayangnya, bisnis itu tak berjalan lancar. Omzet yang didapat sering kali dipakai tanpa sepengetahuan dan seizin Hamzah. 
Voucher pulsapun juga sering dikonsumsi secara pribadi. Dengan kerugian
 yang diteriman, Hamzah akhirnya memutuskan untuk menutup usaha yang hanya berjalan selama kurang lebih 3 bulan itu.


Hamzah tidak putus asa dan kembali lagi merenungi kesalahannya dan membaca biografi
 pengusaha-pengusaha besar tak lama kemudian ia berjualan snack-snck roti dan meraup keuntungan 5 jutaan dan setelah itu ia ketemu dengan mitra bisnis yang menjual franchise bimbel seharga 175 juta tetapi hamzah tidak punya uang sebesar itu kemudian di harus pinjam ayahnya yang sebagai dosen tetapi ayahnya hanya meminjami uang 70 juta yang 
semestinya untuk dibelikan mobil.


Hamzah melobi untuk membayar 75 juta dulu sisanya yang 100 juta untuk dicicil.

Di bisnis bimbel ini peruntungan Hamzah tiba. Seiring dengan lulusnya
 Hamzah dari SMA, Hamzah sudah memegang 3 lisensi franchise, jumlah siswa yang diatas 200 orang, omzet 360 juta per semester, dengan untung bersih 180 juta per semester.


Merasa bisnis bimbelnya sudah mulai stabil dan bisa didelegasikan. Hamzah melirik bisnis sofabed.
Sebuah perusahaan sofabed yang sudah jalan tiga bulan dia beli dan dia
 kembangkan. Perkembangannya yang cukup pesat membuat Hamzah bisa mengantongi omzet 160 juta perbulan

Gimana guys, setelah ngebaca kisah sukses para young entrepreneur apakah kalian berminat buat sukses di usia muda???? udah adakah ide ide kreatif yang kalian bayangin sekarang ???? tunggu apalagi, segera lakuin action nyata biar semua ide dan kreatifitas kamu nggak sekedar jadi angan angan belaka, namun menjadi sebuah kenyataan yang akan membawa banyak keberuntungan buat kamu. Kita bisa belajar dari hal hal kecil dulu, dari hal hal yang gak mungkin menjadi mungkin. AYOOO keluarin semua bakat kalian dan ide ide gila kalian  sekarang!!! Being Crazy is Beautiful , 
*give your positive comment




Komentar

Postingan Populer